Internet telah menjadi kebutuhan utama dalam kehidupan manusia modern, tidak hanya untuk hiburan dan komunikasi, tetapi juga sebagai tulang punggung produktivitas, pendidikan, hingga pelayanan publik. Inovasi demi inovasi terus dilakukan untuk menghadirkan koneksi internet yang lebih cepat, lebih stabil, dan dapat menjangkau wilayah yang sebelumnya sulit diakses.
Salah satu teknologi yang belakangan menjadi perhatian adalah Internet Laser Google melalui proyek bernama Project Taara. Teknologi ini digadang-gadang sebagai solusi alternatif dari konektivitas tradisional seperti kabel serat optik dan satelit. Dalam artikel ini, kita akan membahas secara lengkap apa itu Internet Laser Google, bagaimana cara kerjanya, keunggulan dibandingkan teknologi lain, khususnya Starlink, biaya, serta peluang dan cara pemasangannya di Indonesia.
Apa Itu Internet Laser Google (Project Taara)?
Internet Laser Google merupakan bagian dari inisiatif Project Taara yang dikembangkan oleh X (perusahaan moonshot di bawah Alphabet Inc., induk perusahaan Google). Teknologi ini menggunakan Free Space Optical Communication (FSOC), yaitu sistem komunikasi data menggunakan sinar laser melalui udara terbuka, mirip seperti serat optik tetapi tanpa kabel.
Proyek ini awalnya merupakan kelanjutan dari Project Loon, yaitu internet menggunakan balon udara, namun karena berbagai pertimbangan teknis dan ekonomi, Project Loon dihentikan dan dikembangkan menjadi Project Taara.
Dalam Project Taara, dua titik (misalnya dua menara atau gedung) akan saling mengirimkan sinar laser untuk mentransmisikan data secara nirkabel dalam bentuk gelombang cahaya inframerah. Ini memungkinkan kecepatan tinggi dengan latensi rendah tanpa harus menggali tanah atau membangun infrastruktur kabel yang mahal.
Cara Kerja Internet Laser Google
Teknologi Internet Laser ini mengandalkan perangkat pemancar dan penerima laser (transceiver). Cara kerjanya:
Pemancar laser di satu titik akan mengirimkan sinyal data dalam bentuk cahaya ke arah penerima.
Penerima laser akan menangkap cahaya ini dan mengubahnya kembali menjadi data digital.
Kedua titik ini harus dalam garis pandang langsung (line of sight), dan biasanya dipasang di atap gedung, menara BTS, atau lokasi tinggi lainnya.
Teknologi ini bisa menjangkau hingga 20 kilometer dengan kecepatan hingga 20 Gbps, tergantung kondisi cuaca dan jarak.
Google mengklaim teknologi ini sangat efektif digunakan di daerah yang sulit dibangun infrastruktur kabel, seperti sungai, lembah, hutan, atau kota dengan kepadatan bangunan tinggi.
Perbandingan Internet Laser Google vs Starlink
| Aspek | Internet Laser Google (Taara) | Starlink (by SpaceX) |
|---|---|---|
| Jenis Teknologi | Free Space Optical Communication (Laser) | Satelit LEO (Low Earth Orbit) |
| Infrastruktur | Pemancar & penerima laser di darat | Satelit di orbit dan terminal darat |
| Jangkauan | Maks. 20 km antara dua titik | Global (selama terminal dapat menangkap sinyal) |
| Kecepatan Internet | Hingga 20 Gbps (antar titik) | 50 – 250 Mbps (pengguna) |
| Latensi | Sangat rendah (<10 ms) | Rendah hingga sedang (20-40 ms) |
| Cuaca & Hambatan | Rentan terhadap kabut dan hujan lebat | Rentan cuaca ekstrem, tapi lebih stabil |
| Kebutuhan Lahan/Fisik | Butuh visibilitas langsung (line of sight) | Hanya perlu open sky view |
| Skalabilitas | Cocok untuk backbone jaringan | Cocok untuk pengguna akhir langsung |
| Ketersediaan di Indonesia | Belum tersedia secara komersial | Sudah tersedia di seluruh Indonesia |
Keunggulan Internet Laser Google
Beberapa keunggulan utama dari teknologi ini antara lain:
1. Kecepatan Tinggi
Proyek Taara telah mencapai kecepatan transfer hingga 20 Gbps, sangat jauh melebihi kebanyakan jaringan nirkabel konvensional.
2. Latensi Rendah
Karena menggunakan jalur langsung tanpa repeater atau routing kompleks, latensi sangat rendah dan cocok untuk aplikasi real-time seperti video conference, streaming HD, dan bahkan gaming.
3. Biaya Infrastruktur Lebih Murah
Tanpa perlu menggali tanah atau menarik kabel serat optik, biaya instalasi dan pemeliharaan jauh lebih hemat, terutama di medan sulit.
4. Mudah Dipasang di Area Terpencil
Sangat ideal untuk daerah pegunungan, hutan, atau lokasi terisolasi yang sulit dijangkau kabel.
5. Bersifat Modular
Karena menggunakan unit laser yang bisa dipasang fleksibel di gedung atau menara, pengembangan jaringan bisa dilakukan bertahap dan scalable.
Kelemahan Internet Laser Google
Terganggu oleh Cuaca Ekstrem: Kabut, hujan deras, atau polusi udara tinggi dapat mengurangi efisiensi transmisi.
Perlu Line of Sight (Garis Pandang): Tidak cocok di wilayah padat tanpa struktur tinggi yang bebas hambatan.
Masih Eksperimental: Belum tersedia secara luas secara komersial seperti Starlink atau fiber optik.
Biaya Internet Laser Google vs Starlink
✅ Internet Laser Google (Perkiraan):
Karena belum tersedia komersial secara umum, biaya instalasi dan langganan belum dirilis resmi. Namun dari beberapa proyek percontohan di Afrika dan India:
Biaya Per Unit Transceiver: Diperkirakan mulai dari $10.000–$30.000 USD (sekali pasang untuk dua titik).
Biaya Operasional: Relatif rendah, karena tidak perlu kabel atau satelit.
Target Pasar: ISP, perusahaan telco, pemerintah, atau proyek skala besar (bukan untuk individu).
✅ Starlink di Indonesia (Data 2025):
Biaya Perangkat Starlink Kit: Rp 7 juta – Rp 8 juta
Biaya Berlangganan Bulanan: Rp 750.000 – Rp 990.000
Pemasangan: Bisa mandiri, atau melalui mitra Starlink
Target Pasar: Rumah tangga, sekolah, usaha kecil, area rural
Tata Cara Pemasangan Internet Laser Google di Indonesia
Karena Project Taara belum tersedia komersial secara bebas di Indonesia, implementasi hanya mungkin melalui kemitraan atau proyek kolaborasi. Berikut langkah-langkah jika ingin mengupayakan pemasangannya:
1. Konsultasi dengan Google/X
Hubungi pihak Google atau X (via situs Project Taara) untuk membahas kemungkinan proyek kolaborasi.
Cocok untuk operator internet lokal, pemerintah daerah, atau perusahaan infrastruktur digital.
2. Studi Lokasi
Identifikasi dua titik (gedung atau menara) dengan jarak ideal 1–20 km yang bisa saling terlihat langsung (line of sight).
Pastikan tidak ada gangguan optik seperti pohon, gedung, atau cuaca ekstrem.
3. Perizinan
Koordinasi dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) terkait penggunaan spektrum atau perangkat nirkabel non-standar.
Dapat juga melibatkan pihak Dishub atau pemda jika lokasi pemasangan di ruang publik.
4. Instalasi Unit Transceiver
Unit laser transmitter dan receiver dipasang di masing-masing titik.
Butuh tenaga teknis bersertifikasi atau dari pihak Google.
5. Uji Coba & Kalibrasi
Sistem diuji dan dikalibrasi untuk memastikan konektivitas stabil.
Perlu monitoring cuaca dan penyesuaian sudut laser.
Potensi dan Masa Depan di Indonesia
Indonesia, sebagai negara kepulauan dengan ribuan pulau dan banyak area terpencil, sangat potensial memanfaatkan teknologi Internet Laser ini. Wilayah seperti Papua, Kalimantan pedalaman, atau NTT sangat terbantu karena:
Biaya kabel laut atau fiber optik terlalu mahal.
Starlink cocok untuk pengguna langsung, tapi untuk backbone jaringan antar desa/kabupaten, Internet Laser bisa menjadi solusi murah dan cepat.
Beberapa kemungkinan pemanfaatan:
Pemerintah daerah untuk jaringan antar kantor dinas
Sekolah pedalaman yang butuh akses internet cepat
Perusahaan tambang atau kelapa sawit di remote area
Backhaul jaringan seluler untuk operator lokal
Kesimpulan
Internet Laser Google melalui Project Taara menawarkan cara baru dalam menyebarkan koneksi internet berkecepatan tinggi tanpa perlu kabel atau satelit. Dengan teknologi laser yang mampu menjangkau hingga 20 km dan kecepatan luar biasa, ini adalah solusi menarik untuk wilayah yang sulit dijangkau infrastruktur konvensional.
Dibandingkan Starlink, Internet Laser memiliki keunggulan dalam kapasitas dan latensi untuk backbone jaringan, namun kalah dalam hal ketersediaan langsung untuk pengguna perorangan. Meski belum tersedia secara luas di Indonesia, potensi penggunaannya sangat besar — terutama bagi instansi dan perusahaan yang ingin menjangkau daerah terpencil dengan biaya lebih efisien.
Untuk masa depan konektivitas Indonesia, Internet Laser bisa jadi tulang punggung, dan Starlink menjadi pelengkap akses langsung.
Jika Anda tertarik mengadopsi teknologi ini, bisa memulai dengan menjalin komunikasi bersama penyedia teknologi (Google/X), menggandeng pemerintah daerah, dan melakukan studi kelayakan lokasi secara teknis dan finansial.




